Kamis, 24 November 2022

Riya’

Riya’ 

 Riya’ adalah – Dalam Islam ada suatu penyakit yang dapat menghilangkan amalan baik seorang hamba dan penyakit itu dikenal dengan penyakit hati. Jika, penyakit hati tidak dihindari dan terus-menerus dilakukan, maka pahala kebaikan yang dimiliki oleh seorang hamba muslim berkurang.

Penyakit hati dalam Islam cukup banyak dan salah satunya adalah riya’. Penyakit hati yang satu ini, bukan hanya dapat mengurangi pahala seorang muslim saja, tetapi bisa juga membuat dirinya dijauhi oleh orang-orang terdekat.

Riya’ adalah penyakit hati yang harus dihindari karena dapat merusak amal kebaikan manusia. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa orang yang berbuat riya termasuk golongan orang yang celaka.

Riya termasuk salah satu sifat orang munafik. Sifat ini bertentangan dengan sifat orang yang beriman, yang senantiasa ikhlas dalam melakukan segala sesuatu. Orang yang berbuat riya tidak akan mendapat apapun atas kebaikan yang mereka kerjakan.

Pengertian Riya’

Riya berasal dari bahasa Arab ra’a-yara-ruyan-wa ru’yatan yang artinya melihat. Istilah riya adalah memperlihatkan diri kepada orang lain agar keberadaannya baik itu ucapan, tulisan, sikap, maupun amal perbuatannya supaya diketahui oleh orang lain. Sedangkan secara garis besar, arti riya adalah sebuah perbuatan pamer. Oleh karena itu, riya tergolong sebagai perbuatan yang bisa menyebabkan penyakit hati.

Secara bahasa, arti riya merupakan istilah yang berasal dari kata Arriyaa’u yang berarti memperlihatkan atau pamer. Riya juga dapat diartikan sebagai perbuatan memperlihatkan sesuatu, baik itu barang atau perbuatan baik dengan maksud agar dilihat orang lain atau pun mendapat pujian dari orang lain. Dalam agama Islam, perbuatan riya sendiri dibenci Allah SWT, karena perbuatan yang dilakukan tidak didasarkan dengan niat semata-mata hanya untuk Allah SWT.

Perlu Grameds ketahui bahwa Allah SWT membenci orang yang memiliki sikap riya dan mengharamkan perbuatan ini. Hal ini karena riya adalah salah satu perbuatan yang dapat menghapus amal baik seseorang. Selain itu, riya merupakan perbuatan yang digolongkan sebagai syirik kecil dan riya merupakan perbuatan yang bisa muncul karena ada niat dalam hati atau bisa juga dalam perbuatan.

Arti riya lainnya yaitu sikap yang muncul karena kurangnya pemahaman akan tujuan amal dan ibadah yang dilakukan. Riya yang merupakan salah satu penyakit hati, sehingga perilaku ini perlu dijauhi oleh setiap manusia. Hal ini perlu dilakukan agar diri sendiri terhindar dari penyakit hati.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa riya merupakan syirik kecil yang dibenci oleh Allah, sehingga apabila melakukannya dapat merusak ibadah atau mengurangi pahala. Selain itu, seseorang yang melakukan kebaikan didasari dengan niat riya, maka kebaikan itu tidak bernilai di hadapan Allah.

Sifat riya muncul akibat seseorang kurang beriman kepada Allah, hari akhirat serta ketidakjujuran dalam menjalankan perintah agama. Sederhananya, orang yang riya adalah orang yang beribadah karena ingin dianggap sebagai orang yang taat pada agama oleh orang lain..

Orang yang berbuat riya termasuk golongan orang yang celaka. Menurut Ali bin Abi Thalib, ciri-ciri orang riya terdapat dalam jiwa seseorang. Di antara ciri-ciri orang riya adalah malas jika seorang diri, giat jika di tengah-tengah orang banyak, tambah semangat beramal jika mendapatkan pujian, dan berkurang frekuensi amalannya jika mendapat celaan.

Jenis-jenis Riya’

Riya adalah penyakit hati yang perlu kita hindari. Riya sendiri memiliki dua jenis jenis, yaitu riya kholish dan riya syirik. Berikut penjelasan lengkapnya.

Riya Kholish

Jenis riya yang pertama yaitu ada riya kholish. Jenis riya yang satu ini merupakan jenis riya yang pembuatannya memiliki tujuan untuk melakukan ibadah semata-mata hanya untuk mendapatkan perhatian dan pujian dari manusia. Riya ini juga terbagi dalam beberapa jenis, yaitu:

a. Riya Badan

Riya badan ini biasanya dilakukan dengan memamerkan tubuh langsing dengan alasan karena kita rajin melakukan puasa.

b. Riya Pakaian

Riya pakaian contohnya saat kita mengenakan hijab panjang hanya karena untuk mendapatkan penilaian atau dianggap sebagai orang alim oleh orang lain. Selain itu, mereka akan menundukkan kepala ketika berjalan, bersikap tenang dalam bergerak, menampakan bekas sujud pada jidatnya, mengenakan pakaian yang kasar dan tidak membersihkannya serta membiarkannya baju robek dan memakai pakaian yang bertambal.

Dari penampilannya tersebut ia ingin terlihat seperti orang alim dan agar banyak orang yang berbelas kasih kepadanya. Tidak hanya itu, ada juga yang selalu menggunakan barang-barang mewah dan branded agar mendapatkan pujian orang lain bahwa Ia seorang yang kaya raya.

c. Riya Ucapan

Riya ucapan biasanya dilakukan dengan membaca Al-Qur’an dengan suara yang merdu dan fasih di hadapan orang hanya karena ingin dipuji saja. Hatinya tidak ikhlas dalam membacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an melainkan hanya untuk mendapatkan pujian manusia.

Riya dengan ucapan bisa juga dilakukan oleh para pemberi nasihat. Mereka biasanya akan menghafal suatu ayat maupun ilmu agar dia pandai berbicara, berdebat, dan berdiskusi atau untuk memuji dirinya sendiri dan mempersiapkan diskusi lainnya.

Selain itu, dengan mengucapkan kata-kata bijak dan menggerakkan bibir saat berdzikir di hadapan orang banyak, menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan mungkar di hadapan khalayak.

Perbuatan riya ini bisa juga ditunjukkan dengan menampakkan marah atas perbuatan maksiat, menampakan penyesalan karena orang lain berbuat dosa, melemahkan suara ketika berbicara, dan melunakkan suara ketika membaca Al-Quran untuk menunjukkan rasa takut dan sedih.

d. Riya Perbuatan

Riya perbuatan ini biasanya dilakukan pada saat shalat dengan menampakan kekhusyukan saat melakukan shalat, berlama-lama saat berdiri, sujud, ruku’, dan sejenisnya.

Hal itu juga dilakukan ketika berpuasa, haji, dan pada saat mengeluarkan zakat, infak, maupun sedekah. Perbuatan tersebut adalah perbuatan baik, ternyata perbuatan baik pun bisa terjerumus menjadi riya karena niat yang salah. Oleh sebab itu, sebagai umat Islam, kita harus berhati-hati agar tidak terjerumus dalam perbuatan riya.

e. Riya Syirik

Riya adalah perbuatan yang bisa muncul dalam bentuk niat dalam hati atau dalam sebuah perbuatan. Riya adalah sikap yang muncul karena kurangnya pemahaman akan tujuan amal dan ibadah yang dilakukan.

Sementara itu, riya syirik atau riya niat adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan niat untuk menjalankan perintah Allah SWT, tetapi juga dilandasi dengan niat agar mendapat perhatian dan pujian dari manusia sekaligus. Hal ini biasanya dilakukan dengan memfoto kegiatan ibadah atau perbuatan baik, yang kemudian diunggah di media sosial.

Cara Menghindari Riya

Perbuatan riya sebagai salah satu penyakit hati yang bisa kita hindari dengan cara mendekatkan diri kepada Allah SWT atau muraqabah. Dalam buku Quran Hadits yang ditulis oleh Muhaemin dikatakan bahwa mendekatkan diri kepada Allah dan mengingat nama-Nya setiap saat akan menjadikan hati menjadi bersih.

Riya juga dapat dihindari dengan meluruskan niat dalam melakukan segala sesuatu karena Allah SWT. Selain itu, berbuat sewajarnya dan tidak membicarakan perbuatan yang telah dilakukan juga dapat menjadi cara untuk menghindari munculnya penyakit hati ini.

Perbuatan riya tentu dilarang dalam agama Islam. Bahkan, riya menjadi dosa dari jenis syirik. Lalu, bagaimana cara kita agar terhindar dari riya? Berikut penjelasannya.

1. Perbaiki Niat

Cara menghindari riya’ yang pertama yakni dengan memperbaiki niat. Kita harus ingatlah bahwa segala macam perbuatan kita tergantung pada niat. Apabila niat kita baik, semata-mata karena Allah SWT, maka insyaAllah itu akan dicatat sebagai pahala.

Begitupun sebaliknya, jika terbesit di pikiran kita rasa ingin dipuji oleh manusia, maka perbuatan kita tidak memperoleh apapun, bahkan bernilai dosa. Maka dari itu, sebelum melakukan sesuatu pastikan untuk memperbaiki niat dalam hati.

2. Berdoa dan Memohon Ampunan Allah SWT

Manusia merupakan makhluk yang penuh dengan keterbatasan. Kita bisa mengatasi segala sesuatu hanya dengan atas izin Allah SWT. Sudah menjadi keharusan bagi kita untuk melibatkan Allah SWT dalam segala urusan. Termasuk berlindung dari sifat-sifat yang tercela seperti riya. Jangan pernah lelah berdoa kepada Allah agar diberi kekuatan iman dan dilindungi dari bisikan setan.

3. Merendah Diri

Manusia terkadang sering lupa diri. Kenikmatan dunia yang begitu memukau seperti halnya harta benda, kedudukan, wajah yang rupawan, dan keturunan seringkali membuat manusia menjadi sombong dan riya’ (pamer). Padahal semua kenikmatan tersebut pemberian dari Allah SWT. Namun, manusia menganggap itu diperoleh dari usahanya sendiri.

Pemikiran seperti itulah yang kemudian memicu munculnya penyakit hati, hingga membawa manusia ke dalam kesesatan. Hendaknya, kita harus menyadari bahwa kita hanyalah hamba Allah SWT dan merupakan ciptaan Allah SWT. Tidak ada yang kita miliki di dunia ini karena semuanya hanya titipan yang bersifat fana dan pasti akan musnah.

4. Mengendalikan Hati

Kita harus belajar dan berusaha untuk mengendalikan hati agar tidak terbuai dengan pujian manusia. Sebuah pujian memang bisa memotivasi diri sendiri untuk menjadi lebih baik. Namun, kadang pujian juga bisa menjadi racun hingga membuat kita menjadi riya’. Maka dari itu, cobalah untuk tidak terlalu berbangga diri.

Ingatlah dan terus mengingat bahwa apa yang kita lakukan saat ini semata-mata karena izin Allah SWT. Kita mampu beramal karena diberikan rezeki berkecukupan. Kita bisa sholat dengan sempurna karena diberikan kesehatan. Jadi berterima kasihlah pada Allah SWT.

5. Perbanyak Rasa Syukur

Dengan selalu bersyukur dapat menjadi salah satu cara agar kita dapat menghindari sifat riya. Dengan memperbanyak rasa syukur kepada Allah SWT, kita tidak akan terlalu mengharapkan pujian dari orang lain. Cukup Allah SWT yang menjadi saksi hidup kita. Jadi, Sering-seringlah mengucapkan Alhamdulillah dalam setiap kegiatan yang kita kerjakan.

Jangan sampai kita memamerkan ibadah hanya agar banyak teman, agar dicintai, diagung-agungkan atau mungkin agar naik jabatan. Percayalah, pujian dari manusia tidak akan berlangsung selamanya. Jadi, mulai saat ini lebih syukuri apa yang ada dan niatkan segala sesuatu hanya untuk Allah SWT.

6. Terus-menerus Mengingat Allah SWT

Sudah dijelaskan dalam Al-Quran bahwasannya setan tidak akan pernah lelah dengan menggoda manusia menuju jalan yang sesat. Oleh karena itu, manusia harus sering meminta perlindungan kepada Allah SWT, salah satunya lewat berdzikir. Aktivitas dzikir akan membuat kita terus mengingat Allah SWT, sehingga syaitan akan sulit mencari celah untuk masuk.

7. Sembunyikan Amal Kebaikan

Kita perlu dalam menyembunyikan ibadah dan amal-amal kebaikan sebagai cara menghindari sikap riya. Namun, ibadah umum yang tidak bisa disembunyikan, seperti sholat jamaah di masjid, membaca Al-Quran atau puasa tak perlu ditutupi dan yang terpenting berusahalah ikhlas.

Sedangkan ibadah yang bersifat pribadi seperti beramal ke masjid, bersedekah, sholat tahajud, sebaiknya tak perlu dipamerkan. Cukup diri sendiri dan Allah Ta’ala yang tahu. Sembunyikan amal kebaikan layaknya kita menyembunyikan aib-aib dalam diri, sehingga kita pun bisa terhindar dari pujian manusia dan jauh dari sifat riya.

8. Belajar Ikhlas

Ikhlas menjadi tiang sebuah amal shalih agar dapat diterima oleh Allah SWT. Seseorang yang beramal dengan niat ikhlas dan tidak berharap pujian dari orang lain, maka insyaAllah amalnya diterima oleh Allah SWT.

9. Mengingat Kematian

Jika memang sulit untuk menghindari riya, maka bisa mencoba dengan memperbanyak ingat kematian. Baik di dalam hati maupun lisan. Ingatlah bahwa hidup tidak akan selamanya. Pujian manusia tidak berarti apapun dan tidak mendatangkan pahala. Bahkan, dengan mendapatkan pujian yang berlebihan justru bisa menjerumuskan manusia ke lubang neraka.

10. Menggiatkan Ibadah

Salah satu ciri orang yang suka riya biasanya ibadahnya tidak rutin. Kadang sholat, kadang tidak sholat. Kebiasaan ini membuat seseorang semakin jauh dari Allah SWT. Apabila hatinya semakin kosong, maka penyakit pun mudah datang.

Berbeda dari orang-orang yang khusyu’ dalam beribadah. Mereka sering membaca doa, Al-Quran, bersholawat, sholat juga rajin, sehingga hatinya pun menjadi tenang dan tidak mudah tergoda dengan pujian manusia.

11. Membaca Buku-buku Agama

Orang yang tidak berilmu biasanya mudah terjerumus ke jalan yang sesat. Mudah dalam mengikuti dan tidak memiliki prinsip dalam hidup. Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan bahwa kebodohan dan kezaliman adalah pangkal dari segala keburukan.

Jadi, supaya tidak terbawa pada keburukan, maka perbanyaklah menggali ilmu pengetahuan, khususnya ilmu agama. Hal ini karena agama menjadi perkara penting yang akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat.

12. Menyadari Bahwa Allah SWT Selalu Mengawasi

Cara menghindari riya selanjutnya dengan menyadari bahwa Allah SWT selalu mengawasi kita, bahkan disaat kita sendirian. Meskipun kita tidak bisa melihat Allah, tapi Allah bisa melihat kita. Jadi, apabila kita akan melakukan hal-hal negatif, kita selalu mengingat bahwa Allah SWT mengetahui dan mengamati kita.

13. Selalu Mengingat Bahaya Riya’

Sebagian dari kita mungkin masih menganggap bahwa riya adalah hal yang sepele. Bahkan, terkadang kita tidak sadar bahwa telah melakukan perbuatan riya. Ketahuilah bahwa riya merupakan sifat yang sangat berbahaya. Riya tidak hanya membuat kita terjerumus ke neraka, tapi riya juga dianggap syirik kecil, sehingga dapat menghapus amal pahala, dan dianggap lebih kejam dari fitnah Dajjal.

14. Hidup dalam Kesederhanaan

Meskipun kita memiliki banyak harta, kerabat atau teman, sebaiknya jangan atau hindari bersikap sombong. Cobalah untuk tetap sederhana dalam bersikap. Kesederhanaan membuat kita menjadi sosok yang lebih baik, ikhlas, dan tidak mudah melakukan riya. Tidak perlu memamerkan amalan yang kita lakukan hanya agar dipuji. Cukup bertindak sederhana, orang lain pasti bisa menilai apakah kita benar-benar orang baik atau bukan.

15. Perbanyak Mohon Ampun kepada Allah SWT

Kita adalah manusia biasa yang sering melakukan salah dan dosa. Maka dari itu, sering-seringlah meminta ampunan kepada Allah SWT. Terkadang tanpa sengaja kita bersikap pamer dan tidak menyadarinya. Oleh karena itu, perbanyaklah ber-istighfar agar dosa-dosa kita dihapus oleh Allah SWT dan teruslah memperbaiki diri dan bertaubat dari perbuatan-perbuatan yang tercela.

0 komentar:

Posting Komentar