Penerapan Pancasila Pada Masa Awal Kemerdekaan
Rumusan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia baru disahkan sehari setelah proklamasi Indonesia, tepatnya pada 18 Agustus 1945 saat pelaksanaan sidang pertama PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Rumusan tersebut terdapat pada alinea keempat UUD 1945. Sejak saat itu, Pancasila menjadi dasar negara Indonesia untuk mengatur kehidupan berbangsan dan bernegara.
Bagaimana Penerapan Pancasila Sebagai Dasar Negara pada Masa Awal Kemerdekaan?
Mengutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), penerapan Pancasila pada masa awal kemerdekaan berlangsung sejak tahun 1945 hingga tahun 1959. Pada masa ini juga, seluruh rakyat Indonesia bertekad untuk melepaskan diri dari segala bentuk penjajahan dan menjadi bangsa yang mandiri.
Namun pada awal kemerdekaan, penerapan Pancasila sebagai dasar negara yang disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tidak serta berjalan mulus. Berbagai permasalahan kerap terjadi dan harus dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam menerapkan Pancasila.
Setidaknya ada lima upaya yang dilakukan untuk mengganti Pancasila yang berhasil digagalkan, yakni:
1. Pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia)
Pemberontakan besar pertama setelah Indonesia merdeka adalah pemberontakan PKI yang berlangsung pada 18 September 1948 di Madiun. Pemberontakan yang dipimpin oleh Amir Sjarifuddin dan Muso ini bertujuan untuk mendirikan Negara Soviet Indonesia yang berideologi komunis.
Pemberontakan PKI di Madiun
Namun, pemberontakan PKI akhirnya digagalkan oleh Pemerintah Indonesia di bawah Presiden Soekarno. Bahkan, Muso selaku pimpinan PKI tewas ditembak dan tokoh-tokoh lainnya berhasil ditangkap.
2. Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)
Kemudian pada 7 Agustus 1949, terjadi pemberontakan DI/TII yang dilakukan untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara dengan syari’at islam, bahkan sempat didirikan Negara Islam Indonesia (NII) atau Darul Islam.
Pemberontakan DI/TII
Pemberontakan ini dipimpin oleh Sekarmaji Marjian Kartosuwiryo, seorang politisi Muslim. Upaya menumpas pemberontakan ini memakan waktu yang cukup lama. Kartosuwiryo dan para pengikutnya baru berhasil ditangkap pada 4 Juni 1962.
3. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Tujuan dari pemberontakan RMS yaitu untuk membentuk negara sendiri yang didirikan pada 25 April 1950, yang meliputi pulau-pulau seperti Ambon, Buru, dan Seram. Pada tahun yang sama, tepatnya di bulan November, pemberontakan yang dipimpin oleh Christian Robert Steven Soumokil ini dapat dikalahkan oleh tentara Indonesia. Namun, pemberontakan di pulau Seram masih berlanjut hingga Desember 1963.
Pemberontakan RMS di Ambon, Buru, dan Seram
Kekalahan di Ambon berujung pada pengungsian pemerintah RMS ke Seram, kemudian mendirikan pemerintahan dalam pengasingan di Belanda tahun 1966.
4. Pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) atau Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta)
Pemberontakan yang dipimpin oleh Sjarifuddin Prawiranegara dan Ventje Sumual pada 1957-1958 ini terjadi di Sumatera dan Sulawesi.
Pemberontakan PRRI/Permesta di Sumatera dan Sulawesi
Tujuan dari pemberontakan PRRI adalah untuk mengoreksi pemerintah pusat yang dipimpin oleh Presiden Soekarno, karena pada saat itu Presiden Soekarno tidak bisa lagi diberikan nasihat dalam menjalankan pemerintahan. Pemerintah dianggap telah melanggar undang-undang, ditambah adanya pemerintahan yang tersentralisasi mengakibatkan pembangunan di daerah menjadi terabaikan dan terjadi ketimpangan sosial.
5. Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)
APRA adalah milisi yang didirikan oleh Kapten KNIL Raymond Westerling pada 15 Januari 1949, ini merupakan gerakan yang bertujuan untuk mempertahankan bentuk negara federal di Indonesia dan memiliki tentara sendiri bagi negara-negara RIS.
Pemberontakan APRA terjadi pada 23 Januari 1950 di Bandung dan berhasil menguasai markas Staf Divisi Siliwangi. Bahkan pemberontakan ini hampir menyerang sampai Jakarta.
Pemberontakan APRA
Namun akhirnya pemberontakan ini berhasil digagalkan oleh APRIS yang mengirimkan pasukan dari wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Berkat peristiwa ini juga, pembubaran RIS (Republik Indonesia Serikat) menjadi lebih cepat dan kembali ke bentuk NKRI pada 17 Agustus 1950.
--
0 komentar:
Posting Komentar