Kamis, 24 November 2022

Pengertian Iman

Iman 

 Pengertian Iman – Menurut pandangan agama Islam, iman dapat berarti meyakini dan hal mengenai iman ini telah dituliskan dalam Al-Quran, yang merupakan kitab suci umat muslim. Dalam beberapa surat, seperti surat At-Taubah, Allah telah menerangkan mengenai keimanan yang diturunkan kepada umatnya.

Selain disebutkan dalam Al-Quran, iman juga turut dijelaskan melalui berbagai hadist. Menurut salah satu hadist, iman adalah tambatan hati yang dilakukan serta diucapkan, sehingga menjadi satu kesatuan.

Para ulama agama Islam, turut memberikan pendapatnya mengenai definisi iman. Namun, sebelum itu Grameds perlu mengetahui pengertian iman secara istilah maupun bahasanya. 

Pengertian Iman Secara Bahasa dan Istilah

Iman adalah kepercayaan yang dipercayai oleh seseorang yang berkenaan dengan agama, keyakinan maupun kepercayaan kepada Tuhan, nabi, kitab dan sebagainya. Dalam ajaran agama Islam, iman berarti kepercayaan, keyakinan kepada Allah, nabi-nabi-NYA serta kitab yaitu Al-Quran dan lain sebagainya.

Menurut ajaran agama Islam, umat muslim mengimani enam rukun iman. Keenam rukun iman tersebut wajib diimani dan diyakini oleh orang Islam. Namun, apa pengertian iman menurut bahasa dan istilah?

Sebelum membahas pengertian iman dari para ulama serta menurut Al-Quran dan hadist. Berikut adalah pengertian iman secara bahasa dan istilah.

Menurut bahasa Arab, kata iman berakar pada kata amana – yu;minu – imana yang secara harfiah atau etimologis dapat diartikan sebagai percaya dan yakin. Secara bahasa, iman dapat diartikan sebagai tashdiq atau membenarkan yang maknanya hampir sama secara istilah.

Secara istilah, menurut buku Ensiklopedi iman yang ditulis oleh Syaikh Abdul Majid Az-Zandani, iman dapat diartikan sesuai dengan makna linguistiknya yaitu tashdiq atau mempercayai.

Iman secara istilah, maknawi atau terminologis merupakan percaya dengan yakin akan keberadaan Allah, Malaikat Allah, Kitab-kitab – NYA, para Rasul – NYA, akhirat, hingga qadha dan qadar yang telah terangkum dalam rukun iman menurut ajaran agama Islam.

Pengertian Iman Menurut Al-Quran dan  Para Ulama

Dalam Al-Quran, iman disebutkan dengan pelafalan yaqin atau meyakini. Seperti pada surat Al-Baqarah ayat 4 dan Surat Al-An’am ayat 75. Berikut penjelasan lebih lengkapnya.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 4 

وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَۗ

Artinya:“Dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat.”

Sementara itu, iman juga disebutkan dalam surat Al-Anam ayat 75: 

وَكَذٰلِكَ نُرِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ مَلَكُوْتَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَلِيَكُوْنَ مِنَ الْمُوْقِنِيْنَ

Artinya:“Dan demikianlah, Kami memperlihatkan kepada Ibrahim kekuasaan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi, dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin.”

Dari kedua surat dan ayat dalam Al-Quran tersebut, disebutkan kata yaqin serta tashdiq yang berarti amalan hati. Iman dapat diartikan sebagai ucapan hati yang berada di dalam hati dan terbentuk melalui keyakinan di dalam hati.

Beberapa surat dalam Al-Quran lainnya menyebutkan pula mengenai keimanan dari seorang muslim.

Surat Al-Baqarah, ayat 136

قُوْلُوْٓا اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَمَآ اُنْزِلَ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَمَآ اُوْتِيَ مُوْسٰى وَعِيْسٰى وَمَآ اُوْتِيَ النَّبِيُّوْنَ مِنْ رَّبِّهِمْۚ  لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْۖ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ

Artinya:

Katakanlah, “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta kepada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, dan kami berserah diri kepada-Nya.”

Merujuk pada surat Al-Baqarah tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa iman yang dipercayai oleh umat muslim merupakan kepercayaan maupun keyakinan yang tertanam dalam hati dan diwujudkan melalui lisan serta perbuatan. Keyakinan tersebut mengacu pada kepercayaan akan lima rukun Islam.

Selain menurut Al-Quran, beberapa ulama juga turut memberikan pendapatnya mengenai definisi dari iman. Beberapa ulama terkenal seperti Imam Syafii, Imam Ahmad hingga Imam Bukhari turut mengemukakan pendapatnya.

Menurut Imam Syafii, iman seorang muslim meliputi perkataan serta perbuatannya. iman dapat bertambah maupun berkurang. Bertambahnya iman seseorang disebabkan oleh ketaatan pada Allah, sedangkan berkurangnya iman seseorang disebabkan oleh kemaksiatan.

Imam Ahmad memiliki pendapat yang tidak jauh berbeda dengan Imam Syafii, Imam Ahmad mengemukakan bahwa iman dapat bertambah dan berkurang, bertambah karena seseorang melaksanakan amalan tertentu dan berkurang karena orang tersebut meninggalkan amalan.

Kemudian, Imam Bukhari pun menambahkan dari kedua ulama tersebut, Imam Bukhari mengatakan bahwa setelah bertemu dengan banyak ulama dari berbagai penjuru negeri, ia melihat bahwa ulama mengemukakan iman adalah perkatan serta perbuatan yang dapat bertambah dan berkurang.

Ulama lainnya seperti Imam Malik, Asy Syafi’i, Al Auza’i serta Ishaq Bin Rahawai memiliki pendapat yang sama mengenai pengertian iman. Iman adalah pembenaran yang dilakukan dengan hati, pengakuan secara lisan, serta diamalkan dengan anggota badan. Menurut para ulama tersebut, amal merupakan salah satu unsur keimanan.

Sahabat nabi seperti Ali bin Abi Thalib berpendapat bahwa iman merupakan ucapan yang diucapkan dengan lidah dan kepercayaan yang diyakini benar dengan hati serta dikerjakan dengan anggota tubuh. Seperti Ali, Aisyah pun memiliki pendapat yang sama mengenai pengertian iman.

Pengertian Iman Menurut Ulama Indonesia

Para ulama di Indonesia seperti Ustadz Khalid Basalamah hingga Ustadz Adi Hidayat juga mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian iman. Berikut pengertian iman menurut para ulama di Indonesia.

Ustadz Khalid Basalamah

Menurut Ustadz Khalid Basalamah, iman adalah mengikrarkan suatu hal dengan pikiran, lalu diucapkan dengan menggunakan lisan dan diyakini di dalam hati serta diaplikasikan dengan menggunakan anggota tubuh.

Ustadz Adi Hidayat

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa kata iman berasal dari kata Al-Amnu yang berarti aman, tenang dan tentram. Menurut Ustadz Adi Hidayat, iman memiliki hubungan dengan kata aman dan tenang. Kedua kata tersebut kemudian dapat dimaknai apabila seorang muslim meyakini Allah, maka ia akan mendapat ketenangan jiwa serta rasa aman dari kegelisahan dunia maupun ancaman yang ada di akhirat nanti.

Tingkatan Iman dalam Islam Menurut Syekh M, Nawawi

Dalam Islam, keimanan memiliki tingkatan-tingkatan. Tingkatan ini juga membedakan keimanan setiap orang. Menurut seorang ulama asal Banten, yaitu Syekh M, Nawawi tingkatan keimanan seseorang dapat dibagi menjadi lima tingkat. Berikut penjelasannya.

a. Iman Taqlid

Tingkat keimanan yang pertama yaitu iman taqlid. Iman taqlid adalah iman yang didasarkan pada ucapan orang lain, umumnya dari ulama, tetapi tanpa memahami dalilnya. Menurut Syekh M. Nawawi, tingkat keimanan yang pertama ini sah, walaupun tanpa mencari dalil atas masalahnya.

b. Iman Ilmu atau Ilmul Yaqin 

Tingkatan iman yang kedua yaitu iman ilmu. Iman ilmu adalah iman yang dimiliki seorang hamba dalam menyelesaikan suatu masalah dengan dalil dan ilmu yang dimiliki.

c. Iman Iyana tau Ainul Yaqin

Pada tingkatan iman yang ketiga yaitu iman iyana. Iman iyana adalah iman yang dimiliki oleh  seorang hamba yang meyakini bahwa Allah merupakan zat yang nyata, walaupun wujudnya tidak dapat dilihat. Ketika seseorang berada di tingkatan iman yang ketiga, ia mempercayai bahwa Allah tidak ghaib serta selalu hadir di batinnya.

d. Iman Haq atau Haqqul Yaqin

Pada tingkat iman keempat yaitu iman haq. Iman haq adalah iman yang dimiliki oleh seorang muslim dengan pandangan bahwa Allah selalu ada dalam hatinya. Para ulama pun menyebut seseorang dengan tingkat keimanan iman haq dikatakan sebagai seorang yang arif. Hal ini dikarenakan Allah selalu hadir di hatinya, orang tersebut hanya memandang kepada Allah dan tidak pada duniawi lagi.

e. Iman Hakikat

Tingkat yang terakhir adalah iman hakikat.Iman hakikat adalah iman yang dimiliki oleh seorang hamba dengan hanya melakukan segala hal yang mendekatkan dirinya pada Allah. Maka dari itu, orang dengan keimanan hakikat dapat dipandang sebagai seorang hamba yang telah tenggelam di laut dan tidak melihat adanya pantai.

Dari kelima tingkat iman tersebut, dua kategori iman pertama dapat diusahakan oleh manusia. Oleh karena itu, Syekh M. Nawawi pun menjelaskan bahwa setiap manusia wajib untuk mendalami tingkat keimanannya dengan cara mencari dalil mengenai keimanan.

Sedangkan keimanan pada tingkatan berikutnya, merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah kepada manusia dan tidak dapat diusahakan oleh manusia. Sebab hanya dapat diperoleh sesuai dengan kehendak Allah.

Tingkatan Iman Secara Umum

Selain tingkat iman menurut pandangan Syekh M. Nawawi tingkatan iman secara umum dapat dikategorikan pula menjadi lima, yaitu muslim, mukmin, muhsin, mukhlis serta muttaqin. Berikut penjelasannya.

a. Muslim 

Muslim adalah tingkatan iman ketika seseorang mengaku beragama Islam, kadar iman yang pertama ini termasuk tingkat iman yang terendah. Hal ini dikarenakan hanya sebatas pada pengakuan bahwa Allah ialah tuhan yang ia percayai sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu, seorang hamba dinilai belum memiliki perbedaan dengan iblis, karena iblis juga meyakini bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa..

b. Mukmin

Mukmin adalah seorang hamba yang memiliki iman dengan mengkaji syariat agama Islam. Dengan pengkajian syariat tersebut, ia memiliki peningkatan pada wawasan mengenai agama Islam.

c. Muhsin

Muhsin adalah seorang hamba yang memiliki tingkat keimanan yang dapat memperbaiki segala perbuatannya menjadi lebih baik.

d. Mukhlis

Mukhlis adalah seorang hamba orang yang memiliki keikhlasan dalam beribadah. Pada tingkatan ini, seorang hamba tersebut segala hal yang dilakukannya hanya untuk Allah.

e. Muttaqin 

Tingkat keimanan terakhir dan tertinggi adalah muttaqin. Muttaqin adalah seorang hamba yang yang selalu bertakwa kepada Allah dan menjauhi larangan-larangan Allah..

Itulah lima tingkatan keimanan dalam Islam menurut ulama serta secara umum. Pembahasan selanjutnya adalah tentang rukun iman dalam Islam.

Baca juga:

Rukun Iman dalam Islam 

Dalam ajaran agama Islam terdapat enam rukun iman, sebagai salah satu wujud dari keimanan itu sendiri. Rukun iman juga dapat dijadikan sebagai patokan pengertian iman secara maknawi atau istilah. Berikut penjelasan lebih lanjutnya.

Rukun iman merupakan pandangan dalam ajaran agama Islam yang meyakini bahwa Nabi serta Rasul adalah utusan dari Allah dan diperintahkan untuk menyampaikan kabar gembira serta menyampaikan ancaman pada manusia yang tinggal di bumi.

Pengertian rukun iman ini juga terangkum dalam hadist dari Muslim yang berbunyi:

“…Rasulullah SAW mengatakan, ‘Engkau beriman pada Allah, pada para malaikat- Nya, pada para rasul – Nya, pada hari kiamat dan pada takdir baik serta buruk.’ Orang tadi (Jibril), kemudian berkata, ‘Engkau benar’.”

Hadist tersebut merupakan riwayat Umar bin Khattab, ketika ia mendengar bahwa malaikat Jibril yang mengubah wujudnya menjadi seorang laki-laki dan bertanya kepada Nabi Muhammad.

Berikut keenam rukun iman dalam Islam.

1. Iman Kepada Allah

Rukun iman yang pertama, adalah beriman kepada Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan tuhan semesta alam. Seseorang dapat dikatakan beriman kepada Allah, apabila ia mengimani empat hal sebagai berikut.

  1. Beriman pada keberadaan Allah atau mengimani keberadaan Allah.
  2. Beriman kepada Rububiyyah Allah, yaitu percaya dan yakin bahwa tidak ada yang menguasai, menciptakan, serta mengatur seluruh alam semesta kecuali Allah.
  3. Beriman pada Uluhiyyah Allah, meyakini bahwa tidak ada yang berhak serta layak disembah selain Allah serta mengingkari seluruh sembahan selain Allah.
  4. Beriman pada asma serta sifat-sifat Allah atau Asmaul Husna yang telah ditetapkan untuk Allah dan ditetapkan oleh nabi untuk Allah. Kemudian menjauhi sikap-sikap yang dapat menghilangkan makna, memalingkan, serta mempertanyakan Allah.

2. Iman Pada Para Malaikat Allah

Iman kepada para malaikat Allah termasuk dengan mengimani amalan serta tugas-tugas yang diberikan oleh Allah pada para malaikat. Iman pada malaikat dapat dilakukan dengan cara mempercayai bahwa tidak ada seorang pun yang mengetahui pasti jumlah malaikat. Sementara itu, ada 10 malaikat yang wajib diimani oleh umat muslim dan mengimani bahwa malaikat diciptakan dari cahaya.

Ada 10 malaikat yang wajib diimani oleh umat muslim, yaitu malaikat Jibril, malaikat Mikail, malaikat Rakib, malaikat Atid, malaikat Munkar, malaikat Nakir, malaikat Maut, malaikat Israfil, malaikat Malik, dan malaikat Ridwan.

3. Iman Kepada Kitab-kitab Allah

Beriman pada kitab-kitab Allah termasuk dalam kalam atau ucapan. Ada empat kitab Allah yang wajib diimani oleh seorang muslim. Di antaranya adalah Taurat, Injil, Zabur hingga kitab suci Al-Quran.

4. Iman Kepada Rasul-rasul Allah

Mengimani para rasul Allah maknanya adalah meyakini serta mempercayai dengan segenap hati bahwa rasul Allah itu ada. Beriman pada rasul Allah berarti mempercayai bahwa rasul-rasul tersebut diciptakan oleh Allah untuk membawa kebenaran maupun ajaran Allah kepada manusia di bumi.

Para rasul yang diciptakan dan diutus oleh Allah dapat menerima wahyu melalui perantara, yaitu malaikat. Perlu diketahui bahwa Allah menurunkan banyak nabi ke bumi, tetapi hanya ada 25 nabi serta rasul yang wajib diketahui oleh umat muslim, mulai dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad.

5. Iman Pada Hari Akhir

Beriman pada hari akhir atau hari kiamat maknanya adalah meyakini serta mempercayai bahwa hari akhir atau kiamat tersebut pasti akan datang dan tidak ada satupun yang mengetahui pasti kapan datangnya hari akhir tersebut.

Pada hari akhir, alam semesta serta seluruh isinya akan hancur dan manusia akan dibangkitkan dari kubur untuk dikumpulkan serta dimintai pertanggungjawaban atas apa yang ia lakukan ketika masih hidup di dunia.

6. Iman Pada Qada dan Qadar

Rukun iman yang terakhir adalah beriman pada takdir yaitu qada dan qadar. Beriman pada takdir qada dan qadar maknanya yakin serta percaya dengan sepenuh hati bahwa takdir baik maupun buruk datang dari Allah, serta segala takdir yang terjadi pada manusia telah menjadi ketetapan Allah.

Qada merupakan ketetapan yang telah dituliskan sejak sebelum manusia lahir di dunia, mulai dari nasib, kematian hingga rezeki. Sedangkan qadar merupakan ketentuan maupun kepastian yang telah ditentukan oleh Allah dan pasti akan terjadi, telah terjadi maupun sedang terjadi.

Itulah pengertian iman menurut istilah maupun bahasa disertai dengan penjelasan tingkatan iman dan rukun iman dalam Islam.

0 komentar:

Posting Komentar