Menuntut Ilmu
Arti Menuntut Ilmu, Kewajiban, serta Keutamaannya – Ilmu merupakan sebuah kunci akan segala kebaikan serta pengetahuan. Ilmu menjadi sebuah sarana untuk bisa menjalankan apa yang menjadi perintah Allah kepada kita. Tidak akan sempurna akan keimanan serta tak sempurna pula amal kecuali dengan keutamaan sebuah ilmu. Dengan ilmu Allah disembah, dengannya juga hak Allah dijalankan, serta dengan ilmu pula agama-Nya disebarkan.
Hal ini yang sebuah membuat kebutuhan pada sebuah ilmu lebih besar serta dibandingkan kebutuhan pada makanan serta minuman, sebab pada keberlangsungan agama serta dunia bergantung dengan ilmu. Manusia akan lebih memerlukan ilmu daripada sebuah makanan juga minuman. Karena pada makanan dan juga minuman hanya dibutuhkan sebanyak dua hingga tiga kali sehari, sedangkan ilmu terus diperlukan pada setiap waktunya.
Sebagian dari antara kita mungkin bisa menganggap bahwa dalam hukum menuntut ilmu agama hanya sekadar sunnah, yang artinya akan mendapat pahala untuk mereka yang melakukannya serta tidak akan berdosa bagi siapa saja yang meninggalkannya.
Padahal ada terdapat banyak beberapa kondisi di mana dalam hukum menuntut ilmu agama adalah wajib untuk setiap Muslim (fardhu ‘ain) sehingga berdosalah untuk mereka orang yang meninggalkannya.
Pengertian Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu memiliki arti ikhtiar atau sebuah usaha dalam mempelajari sebuah ilmu, baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat dengan tujuan agar ilmu tersebut dapat bermanfaat untuk dirinya dan juga untuk orang lain.
Ilmu dunia berfungsi untuk memudahkan dalam hidup di dunia, sedangkan untuk ilmu akhirat sendiri dicari agar manusia dapat memiliki tuntutan serta tidak tersesat dalam sebuah kebatilan. Karena dalam manusia sejatinya tujuan akhirnya yaitu akhirat, serta untuk bisa mendapatkan akhirat tentu perlu harus belajar dalam ilmu agama.
Dari Abu Dzar radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Wahai Abu Dzar, Sesungguhnya pada kepergianmu pagi hari untuk dapat mempelajari satu ayat dari kitab Allah itu lebih baik untuk mu dari pada kamu Shalat sebanyak seratus rakaat. Dan sesungguhnya dalam kepergianmu pada pagi hari untuk mempelajari satu bab dari sebuah ilmu, baik diamalkan maupun tidak, itu akan lebih baik untukmu daripada shalat seribu rakaat.”
Kewajiban Menuntut Ilmu
Tidak sedikit ayat dalam Al Qur’an serta hadis Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam yang mengutamakan wajibnya belajar. Bahkan dalam kedudukan orang yang sedang menuntut ilmu disamakan dengan orang yang sedang berjihad.
Mengutip dalam buku Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas X, coba perhatikan dalam wahyu pertama yang telah diturunkan Allah Subhanahu wata’ala kepada Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi wassalam yang artinya:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia juga yang telah menciptakan antara manusia dari segumpal darah. Bacalah, seta Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajarkan (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya,” (Q.S. al-‘Alaq/96:1-5)
Dalam ayat tersebut, ada sejumlah kata yang menguatkan perintah dalam belajar serta menuntut ilmu yaitu ‘Bacalah’, ‘Yang mengajar dengan pena’, serta ‘Mengajarkan apa yang tidak diketahui’. Menuntut ilmu tidak akan dibatasi untuk para laki-laki saja, karena para wanita pun memiliki hak yang sama dalam menuntut ilmu.
Seluruh gender, memiliki hak serta kewajiban karena sama-sama menjadi seorang khalifah maupun wakil Allah di muka bumi, sekaligus juga menjadi seorang hamba yang taat.
Sebagai seorang khalifah, tentu manusia akan membutuhkan ilmu untuk bisa menegakkan syariat Allah Subhanahu wata’ala. Demikian juga untuk sebagai hamba, memerlukan sebuah ilmu yang memadai supaya bisa jadi hamba (‘abid) yang baik serta taat.
Mustahil untuk menjadi khalifah tanpa sebuah ilmu pengetahuan yang cukup untuk bisa mengelola serta merekayasa kehidupan di bumi ini, maka dapat menjalankan hukum-hukum Allah.
Sebagai contoh, untuk shalat saja perlu dalam ilmu mencari kiblat, kemudian mencari waktu yang tepat kapan untuk menjalankan sholat lima waktu, juga ilmu dalam membangun masjid yang benar, serta membangun tempat wudhu yang baik, dan lainnya.
Tak ada sebuah batasan pada tempat serta waktu dalam proses mencari ilmu, bahkan terdapat sebuah ungkapan Arab yang menyebutkan ‘Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina’.
Islam tentunya juga mengajarkan ‘Menuntut ilmu itu dimulai sejak lahir hingga ke liang lahat’, maka belajarlah mulai kecil hingga akhir usia. Jangan merasa malu dalam belajar walaupun sudah berumur.
Hukum dalam Menuntut Ilmu
Ilmu seperti apa yang harus dan wajib dipelajari oleh warga umat Islam? Tentu bukan sebuah ilmu yang tidak bermanfaat untuk kehidupan dunia serta akhiratnya. Terdapat ilmu yang tidak wajib dipelajari, bahkan hukumnya haram serta berdosa bila dipelajari.
Untuk sebuah ilmu yang bermanfaat, maka dalam mempelajarinya akan memberikan sebuah konsekuensi pahala. Berikut ini beberapa hukum menuntut ilmu-ilmu yang wajib seperti dilansir pada halaman kemdikbud.go.id:
Fardu kifayah
Hukum fardhu kifayah ini berlaku pada ilmu yang perlu ada pada kalangan umat Islam, agar tidak hanya kaum di luar Islam yang dapat menguasai ilmu tersebut. Misalnya seperti ilmu kedokteran, ilmu falaq, perindustrian, ilmu bahasa, ilmu komunikasi, ilmu nuklir, ilmu komputer, serta lainnya.
Fardu ‘Ain
Hukum ini akan berlaku bila ilmu yang dimaksud dilarang untuk ditinggalkan oleh para umat Islam pada segala situasi serta kondisi. Sebagai contohnya, ilmu agama Islam, ilmu dalam mengenal Allah Subhanahu wata’ala dengan seluruh sifat-Nya, serta ilmu tata cara beribadah, serta yang terkait pada kewajiban sebagai muslim.
Adab menuntut ilmu dalam Islam
Selain memiliki beberapa keutamaan dalam menuntut ilmu, dalam Islam juga diajarkan bagaimana adab seseorang saat menuntut ilmu agar ilmu yang sedang ia pelajari dapat membawa banyak berkah bagi kehidupan. Seperti kata Imam Malik pada kaum Qurais yaitu sebagai berikut:
Artinya:
“Pelajarilah ilmu adab sebelum mempelajari sebuah ilmu”
Dalam pesan tersebut, dapat diketahui sangat penting saat mempelajari sebuah adabnya terlebih dahulu sebelum seseorang dapat dalam menuntut ilmu. Berikut ini merupakan adab-adab yang menuntut ilmu yang perlu kita ketahui:
- Niat Lillahi ta’ala.
Disaat kita hendak untuk menuntut sebuah ilmu, niat utama kita harus karena Allah. Seperti dalam firman Allah pada surah Al Bayyinah ayat 5:
Artinya:
“Padahal untuk mereka tidak disuruh kecuali untuk menyembah Allah dengan cara memurnikan ketaatan kepada-Nya saat (menjalankan) agama yang lurus, serta supaya mereka mendirikan shalat juga menunaikan zakat; serta yang demikian itulah agama yang lurus.”
- Selalu berdoa pada saat menuntut ilmu.
Seperti Nabi Muhammad yang sering kali berdoa dalam menuntut ilmu, sebagai berikut:
Artinya:
“Ya Allah, berikanlah manfaat atas apa yang Engkau ajarkan untukku, ajarilah aku dengan hal-hal yang bermanfaat untukku, serta tambahkanlah aku ilmu.”
- Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.
Ketika dalam menuntut ilmu hendaknya kita bisa bersungguh-sungguh serta selalu antusias untuk bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Tuntutlah atas ilmu seolah-olah tidak pernah kenyang atas seluruh ilmu yang didapatkan, hendaknya kita selalu berkeinginan terus untuk bisa menambah ilmu kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Terdapat dua orang yang rakus yang tidak pernah kenyang: yaitu untuk orang yang rakus atas ilmu serta tidak pernah puas atasnya serta orang yang rakus dengan dunia juga tidak pernah kenyang dengannya.” (HR. Al-Baihaqi)
- Menjauhi maksiat.
Artinya:
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang hamba yang melakukan sebuah kesalahan, maka akan dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya serta meminta ampun juga bertaubat, hatinya akan dibersihkan. Apabila kembali (berbuat maksiat), maka akan ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Hal tersebutlah yang diistilahkan dengan nama ‘ar raan’ yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu akan menutupi hati mereka’.”
Agar kita bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat serta penuh berkah, sehingga kita harus menjauhkan diri dari maksiat, karena maksiatlah yang akan membuat otak kita menjadi sulit untuk bisa berkonsentrasi sehingga ilmu yang kita tangkap ini akan sulit dipahami.
- Jangan sombong ketika menuntut ilmu.
Bila ingin mendapatkan sebuah ilmu yang bermanfaat, sebaik nya kita perlu rendah hati. Jangan merasa sombong apabila kita sudah merasa cukup dengan semua ilmu yang sudah kita miliki, seperti yang dikatakan Imam Mujahid seperti dibawah ini:
Artinya:
“Dua orang yang tidak belajar ilmu, yaitu orang pemalu serta orang yang sombong” (HR. Bukhari secara muallaq)
- Memperhatikan guru ketika menuntut ilmu.
Artinya:
“Dan ketika dibacakan Al Quran, maka simaklah baik-baik, serta perhatikanlah dengan tenang supaya kamu mendapat rahmat.”
Menyimak dari ajaran guru maupun seseorang yang sedang mengajarkan ilmu kepada kita menjadi sebuah adab dalam menuntut ilmu. Jangan berbicara maupun melakukan hal lain yang tidak berhubungan sama sekali dengan alur pelajaran yang disampaikan ketika menuntut ilmu, maksudnya kita perlu fokus mendengarkan serta menyimak.
Keutamaan Menuntut Ilmu
Dalam Alquran sendiri, Allah SWT berfirman “Maka ketahuilah atas ilmu allah! Bahwasanya tidak ada AIlah (tuhan yang berhak untuk disembah dengan baik) kecuali Allah serta mohonlah ampunan terhadap seluruh dosa-dosamu …” (QS Muhammad: 19).
Maka dari itu, ada beberapa banyak keutamaan menuntut ilmu bagi semua orang orang yang bersungguh-sungguh saat mengerjakannya. Karena dalam memiliki keutamaan yang amat besar serta mulia, di antaranya keutamaan menuntut ilmu adalah
1. Ilmu adalah warisan para Nabi
Rasulullah SAW bersabda: “Dan dalam sesungguhnya Nabi – Nabi tidak pernah mewariskan uang emas serta tidak pula uang perak, namun untuk mereka yang telah mewariskan ilmu (ilmu syar’i) barang siapa yang telah mengambil atas warisan tersebut maka sesungguhnya ia sudah mengambil pada bagian yang banyak.” (HR Ahmad).
Hal ini menunjukkan bahwa dalam keutamaan menuntut ilmu ini akan lebih tinggi daripada uang serta emas yang dalam sifat materi. Karena, ketika seseorang memiliki ilmu serta hingga mengajarkannya, maka dalam hal tersebut akan menjadi sebuah amal jariyah yang terus mengalir bahkan ketika orang tersebut sudah meninggal dunia.
2. Menuntut ilmu merupakan sebuah jalan menuju surga
Surga merupakan hal idaman bagi setiap muslim. Bahkan, ia pun menjadi sebuah janji dari Allah SWT bagi banyak amalan shalih yang banyak dilakukan oleh umat Islam. Sehingga, ketika Allah SWT menjadikan ilmu tersebut sebagai jalan utama menuju jalan surga, maka hal ini menunjukkan akan besarnya keutamaan dalam menuntut ilmu.
Hal tersebut juga sudah mendapatkan landasan syar’i, karena berdasarkan dalam sebuah hadis ketika Rasulullah SAW bersabda: “… Barang siapa yang meniti sebuah jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah juga akan memudahkan baginya untuk jalan menuju surga…” (HR Ahmad).
3. Allah SWT Akan Meninggikan Derajat
Terkait dalam keutamaan sebuah menuntut ilmu satu ini, dalam Alquran sendiri Allah SWT akan berfirman: “Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kalian serta orang-orang yang diberi ilmu sebanyak beberapa derajat.” (Al-Mujadalah: 11).
Mengenai tafsiran atau arti dalam ayat ini, Imam Syaukani berkata: “Dan makna ayat ini bahwasanya Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dari orang-orang yang tidak beriman, serta mengangkat beberapa derajat bagi orang-orang yang berilmu (serta beriman) dari orang-orang yang hanya dengan beriman. Maka barang siapa yang menggabungkan antara iman serta ilmu maka Allah akan mengangkatnya beberapa derajat atas imannya, lalu Allah mengangkat derajatnya atas seluruh ilmunya.”
4. Allah SWT Ingin Memberi Kebaikan
Menjadi keutamaan menuntut ilmu selanjutnya, terkait hal ini dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan maka Allah akan menjadikannya paham akan agamanya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz menafsirkan: “Mafhum (makna tersirat) dari hadits ini bahwasanya orang yang tidak memahami agamanya berarti orang itu termasuk orang yang tidak dikehendaki kebaikan oleh Allah dan kami mohon perlindungan kepada Allah dari hal yang seperti itu.”
5. Manfaat yang akan terus mengalir walaupun sudah meninggal
Rasulullah SAW bersabda: “Apabila anak serta cucu Adam meninggal dunia, maka akan terputuslah amalannya kecuali dengan tiga jalur: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat serta anak shalih yang senantiasa akan mendoakannya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Siapa yang tidak ingin terus menerus untuk bisa mendapatkan pahala walaupun telah meninggal dunia. Hal tersebut akan didapatkan oleh orang yang telah bersungguh-sungguh saat menuntut ilmu. Karena, ilmu tersebut tidak hanya bermanfaat untuk dirinya, namun juga berpengaruh untuk orang lain.
Keutamaan dalam ilmu ini sebaiknya bisa sebab untuk para setiap Muslim senantiasa bersemangat serta bersungguh-sungguh dalam perjalanan menuntut ilmu.
Syaikh Az Zarnuji juga mengatakan, bahwa dalam antara hal yang penting pada menuntut ilmu yang perlu diperhatikan yaitu fil jiddi atau kesungguhannnya. Apabila sesuatu dilakukan dengan kesungguhan, maka Allah subhanahu wa ta’ala akan memberi keberhasilan di dalamnya. Selain kesungguhan (al jiddu), yang juga perlu diiringi dengan sebuah sikap kesungguhan yang kemudian terus menerus (al muwazobah) serta komitmen (al muzallimah) atas menuntut ilmu. Tiga sikap tersebut harus terus ada dalam diri seorang pelajar serta berjalan beriringan, tidak dapat hanya menjalani salah satunya saja.
Wajib untuk setiap pelajar, yang bersungguh-sungguh, terus menerus, serta komitmen, tidak berhenti jika tujuannya dalam menuntut ilmu dapat tercapai. Sebagaimana dalam firman Allah QS. Maryam: 12 yang artinya, “Wahai Yahya, ambillah kitab itu dengan kuat”, serta dalam QS Al Ankabut: 69 yang pada artinya, “Dan pada orang-orang berjuang, untuk bisa mencari keridhaan Kami, niscaya Kami akan tunjukkan mereka jalan-jalan menuju kita”.
Diucapkan Az Zarnuji, barangsiapa yang sudah mencari sesuatu serta dilakukannya dengan sikap sungguh-sungguh, pasti mereka akan mendapatkannya. Serta barangsiapa yang mengetuk pintu secara terus menerus, pasti bisa masuk. Dikatakannya pula, bahwa dengan sesuai kesungguhannya, seseorang pasti akan bisa mendapatkan apa yang menjadi harapannya.
Dalam makna kesungguhan ini, Az Zanurji menjelaskan dalam kesulitan yang dihadapi seseorang akan bisa selesai dalam kesungguhan, terutama ketika kesulitan yang sudah dihadapi saat proses belajar. Allah akan bisa memberikan pertolongan pada seseorang bila Allah menghendaki. Kesulitan bisa selesai dengan kesungguhan menjadi sebuah anugerah dari Allah subhanahu wa ta’ala serta dalam kekuasaan-Nya.
Kesungguhan di dalam belajar serta memperdalam sebuah ilmu bukan hanya dari sebbuah pelajar semata namun dalam kesungguhan ini juga diperlukan kesungguhan dari tiga (3) orang, yakni pelajar (murid), guru, serta orang tua. Apabila murid, guru, serta orang tua sungguh-sungguh, insya Allah hal tersebut akan berhasil, kesulitan menuntut ilmu, dalam belajar akan bisa selesai.
Manusia yang diperintahkan Allah untuk belajar serta menuntut ilmu. Hanya saja memang kualitas terhadap akal manusia itu dengan kapasitas yang berbeda-beda. Kesungguhan inilah yang menjadi sebuah kunci. Dengan kesungguhan tersebut, sesuatu yang sulit itu akan dimudahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
0 komentar:
Posting Komentar