Jumat, 18 November 2022

interaksi sosial

                                                 Interaksi Sosial

Pengertian Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan antara orang perorangan, antara kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dan kelompok manusia (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 86). Sejatinya, manusia adalah makhluk sosial dari sejak lahir sampai akhir hayatnya. Interaksi sosial terjadi saat masih bayi terutama dengan pengasuhnya, kemudian berlanjut dengan anggota keluarga, teman sepermainan, sekolah, kolega seprofesi, dst.Manusia disebut makhluk sosial, karena ia memiliki gregariuosness, yakni suatu naluri untuk selalu hidup dengan orang lain. Misalnya, makanan kita sehari-hari merupakan hasil kerja keras para petani, rumah adalah hasil dari kerja sama para pekerja bangunan, dan bahkan kebahagiaan yang didapat pun kebanyakan terjadi akibat dari interaksi sosial, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dalam interaksi sosial, hubungan yang terjadi harus dilakukan secara timbal balik oleh kedua belah pihak. Artinya kedua belah pihak harus saling merespon. Jika yang satu bertanya maka dia menjawab, jika diminta bantuan dia membantu, jika diajak bermain dia ikut main. Lalu mengapa manusia berinteraksi sosial? Terdapat beberapa faktor yang mendorong manusia untuk berinteraksi.

Faktor Pendorong Interaksi Sosial

Menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 87) berlangsungnya suatu proses interaksi sosial didasarkan pada beberapa faktor, yakni sebagai berikut.

  1. Faktor imitasi,
    yaitu proses seseorang mencontoh orang lain atau kelompok. Contohnya, seorang anak perempuan bermain masak-masakan karena melihat ibunya memasak di dapur.
  2. Faktor sugesti,
    merupakan pengaruh yang dapat menggerakkan hati seseorang. Misalnya, seorang pasien yang akan berobat ke dokter, pasien tersebut akan cepat mengalami penyembuhan yang salah satunya disebabkan adanya rasa sugesti pada dokter tersebut (yakin terhadap profesinya).
  3. Faktor identifikasi,
    yakni kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Contohnya, seorang anak yang mengidolakan figur publik, sehingga semua tingkah laku idolanya akan diikuti dan dilakukan.
  4. Faktor simpati,
    merupakan kemampuan untuk merasakan diri seolah-olah dalam keadaan orang lain dan ikut merasakan apa yang dilakukan, dialami, atau diderita orang lain. Contohnya adalah ketika ada tetangga yang tertimpa musibah, maka kita ikut merasakan kesedihannya dan berusaha membantunya.

Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri, secara terpisah maupun dalam keadaan tergabung.

Namun tidak semua tindakan manusia seperti itu merupakan interaksi sosial. Tindakan yang bagaimana yang dapat dikatakan sebagai interaksi sosial? Tindakan tersebut harus memenuhi syarat atau ciri-ciri interaksi sosial di bawah ini.

Syarat Interaksi Sosial

Syarat terjadinya interaksi sosial adalah berbagai ciri-ciri yang menjadi penanda suatu proses interaksi sosial sedang terjadi. Proses interaksi sosial akan terjadi apabila memiliki syarat berikut ini.

  1. Jumlah pelakunya lebih dari seorang, biasanya dua atau lebih.
  2. Berlangsung secara timbal-balik (saling berbalas atau tidak satu arah).
  3. Adanya komunikasi antarpelaku dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati (misalnya menggunakan bahasa yang sama-sama dikuasai).
  4. Adanya suatu tujuan tertentu (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 88).

Lalu apakah asal ada syarat-syarat tersebut interaksi sosial dapat berjalan?

Aturan Interaksi Sosial

Saat interaksi sosial berlangsung di dalam masyarakat akan terdapat aturan yang mengatur perilaku manusia dalam berinteraksi. Aturan-aturan tersebut meliputi beberapa hal di bawah ini.

  1. Aturan mengenai ruang,
    yakni aturan di mana terjadinya interaksi sosial tersebut. Misalnya, interaksi yang terjadi di rumah antara orang tua dengan anak, anak dengan anak. Interaksi di sekolah antara teman dengan teman, siswa dengan kepala sekolah, guru, dan karyawan. Interaksi di masyarakat antara teman sebaya dan dengan orang yang lebih tua.
  2. Aturan mengenai waktu,
    aturan mengenai kapan interaksi sosial itu terjadi. Misalnya, interaksi sosial dulu dan sekarang.
  3. Aturan mengenai gerak dan sikap tubuh,
    dalam interaksi sosial orang lain membaca perilaku kita, selain kata-kata kita, karena dalam interaksi tidak hanya memperhatikan apa yang dikatakan orang lain tetapi juga apa yang dilakukannya. Dengan menggunakan gerak dan sikap tubuh seperti memicingkan mata, mengangkat bahu, menganggukkan kepala, mengacungkan ibu jari, mengangkat bahu, dsb.

Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Interaksi sosial dapat terjadi di mana pun dan kapan pun, serta dilakukan oleh siapa pun tanpa mengenal usia, status sosial, dan pendidikan. Tentunya selama pelaku interaksi saling memenuhi kriteria faktor dan aturannya masing-masing. Interaksi sosial yang dilakukan juga bentuknya beraneka ragam.Menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 89) ada beberapa bentuk interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat yang secara umum terbagi menjadi dua proses, yakni proses asosiatif, dan proses disasosiatif.

Perbedaan antara proses sosial yang asosiatif dengan proses sosial yang disosiatif terletak pada pandangan orang-orang dari interaksi itu sendiri, ketika pandangan pelaku interaksi sama (setuju), maka proses sosial tersebut disebut asosiatif, sebaliknya jika mengalami konflik atau ketidaksamaan pandangan, maka proses sosial tersebut disebut disasosiatif.

Proses sosial asosiatif dan disasosiatif sendiri terbagi lagi menjadi beberapa bentuk yang akan dijelaskan sebagai berikut.

Proses Sosial Asosiatif

Proses sosial asosiatif adalah apabila seseorang atau sekelompok orang melakukan interaksi sosial yang mengarah pada kesatuan pandangan yang sama (pendapatnya sama, setuju). Terdapat beberapa bentuk proses asosiatif, yakni kerja sama, akomodasi, dan asimilasi.

Kerja sama

Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok masyarakat untuk mencapai satu atau beberapa tujuan secara bersama-sama. Bentuk kerja sama ini dalam masyarakat Indonesia dikenal dengan istilah gotong royong.

Dalam pelaksanaannya, terdapat lima bentuk kerja sama, yaitu: kerukunan, bergaining, kooptasi, koalisi, dan joint venture.

Contoh kerja sama meliputi: kerja sama di masyarakat sekitar, antara sesama teman bermain, teman sekolah, teman sekantor, dsb.

Akomodasi

Akomodasi adalah usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Proses Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.

Akomodasi memiliki beberapa bentuk yaitu: koersi, kompromi, arbitrasi, mediasi, konsiliasi, toleransi, stalemate, dan ajudikasi.

Contoh akomodasi : penyelesaian PHK karyawan, penyelesaian yang bersengketa melalui pihak ketiga (mediasi), toleransi kehidupan beragama (toleransi), pengadilan, dsb.

Asimilasi

Asimilasi merupakan cara-cara bersikap dan bertingkah laku dalam menghadapi perbedaan untuk mencapai kesatuan dalam pikiran dan tindakan. Proses asimilasi dapat dengan mudah terjadi melalui beberapa cara, antara lain dengan sikap toleransi, sikap saling menghargai orang lain dan kebudayaannya, persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan, serta perkawinan campuran.

Contohnya adalah orang-orang yang berasal dari Tiongkok menetap dan tinggal di Indonesia. Pada akhirnya mereka bisa berbahasa Indonesia dengan sangat fasih. Namun dialek yang mereka biasa pakai untuk berkomunikasi sudah tidak asli lagi karena sudah tercampur dengan bahasa Indonesia.

Dalam hal makanan, misalnya, bakso adalah makanan yang dibawa oleh orang Tiongkok, namun lama kelamaan diakui sebagai makanan orang Indonesia yang memiliki keunikan tersendiri pula jika dibandingkan dengan daerah asalnya.

Proses Disosiatif

Proses sosial disasosiatif adalah hal yang terjadi apabila seseorang atau sekelompok orang melakukan interaksi sosial yang mengarah pada konflik dan merenggangkan solidaritas kelompok. Disasosiatif terdiri atas tiga bentuk yaitu kompetisi, kontravensi, dan pertentangan.

Kompetisi (Persaingan)

Kompetisi adalah suatu proses individu atau kelompok yang bersaing untuk mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan tertentu. Contohnya gelar juara, kesuksesan, keuntungan, dan hadiah. Untuk mendapatkannya, seseorang harus bersaing satu dengan yang lainnya.

Terdapat dua jenis persaingan, yaitu persaingan yang bersifat pribadi dan persaingan kelompok.

  1. Kompetisi pribadi melibatkan satu individu dengan individu lain yang secara langsung bersaing untuk mendapatkan sesuatu, seperti persaingan antara dua calon ketua OSIS, persaingan tunggal putra/putri kejuaraan bulutangkis, dsb.
  2. Kompetisi kelompok merupakan persaingan yang melibatkan berbagai pihak secara berkelompok, seperti pertandingan sepak bola, basket, pertandingan voli, dsb.

Dalam pelaksanaannya, persaingan dalam interaksi sosial dapat dibagi menjadi beberapa bidang, yaitu: persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan, persaingan kedudukan, persaingan kekuasaan, dan lain sebagainya.

Kontravensi

Kontravensi adalah sikap mental yang tersembunyi terhadap orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan suatu golongan tertentu. Berbagai kontravensi ini ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian atau keraguan terhadap kepribadian seseorang.

Contohnya, OSIS di sekolah mempunyai suatu rencana, tetapi ternyata salah satu kelas kurang setuju terhadap rencana tersebut. Sehingga akan berkembang rasa tidak suka atau benci namun masih tersembunyi dan tidak diutarakan.

Contoh lainnya, kontravensi sangat mudah dijumpai dalam dunia politik. Jika dilihat di media atau Didi muka umum, para politikus tampak akrab. Namun, dibalik itu sebetulnya terdapat sikap-sikap lain yang tersembunyi di antara mereka. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian, tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.

Pertentangan (Konflik)

Pertentangan atau konflik adalah suatu proses di mana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan. Konflik dikatakan telah terjadi jika kedua pihak berusaha saling menggagalkan tujuan masing-masing.

Konflik dapat disebabkan oleh:

  1. perbedaan antara individu-individu,
  2. berbagai perbedaan kebudayaan,
  3. perbedaan kepentingan, dan
  4. perubahan sosial.

Bentuk-bentuk pertentangan atau konflik yang terjadi di masyarakat seperti konflik pribadi, konflik sosial, konflik antarkelas-kelas sosial, konflik politik, dan konflik internasional.

Akibat pertentangan (konflik) dapat meliputi harta benda hancur, kebahagiaan keluarga terampas, dan bisa sampai banyak nyawa terenggut secara paksa.

0 komentar:

Posting Komentar